Tukang Gigi Berpromosi

Kemarin saya mendapat satu info dari grup dokter gigi di media sosial. Ada seorang tukang gigi atau tekniker gigi yang berpromosi di media sosial juga.

Kaget? Tidak. Tukang gigi yang berpromosi sudah banyak, banyak banget. Di media cetak ataupun di media sosial. Apalagi jaman sekarang semua orang bisa punya toko online sendiri. Gratis.image
Lalu, apa salah dia berpromosi? Tidak juga. Atau tepatnya, saya tidak tahu. Dalam etika profesi kedokteran, kami tidak diperkenankan untuk berpromosi di media. Saya yakin itu berlaku juga dalam profesi tenaga kesehatan yang lain, seperti kebidanan atau keperawatan dll.
Kalau memang dalam etika profesi tukang gigi hal itu tidak dilarang ya sah-sah saja mereka berpromosi.
Terus, apa masalahnya?
Nah, masalahnya adalah kompetensi. Tukang gigi memang ahlinya dalam membuat gigi palsu. Mereka juga bisa memasang langsung ke pasien. Tapi tanpa pertimbangan medis pasien. Karena mereka tidak mempunyai kompetensi di bidang medis.

image

Kalau kita baca promosinya diatas, terlihat kalau si tukang gigi ini sudah melebihi kompetensinya sendiri. Sudah tidak hanya membuat gigi palsu.
Siapa yang dirugikan?
Ya tentu saja pasiennya. Pasien yang sebenarnya membutuhkan penanganan medis. Tapi karena kurang paham, pasien menyerahkan problemnya ke tukang gigi.
Jika setelah itu timbul masalah baru, maka pasienlah yang menanggung akibatnya. Tindakan medis yang dilakukan oleh tukang gigi tidak ada perlindungan hukumnya.

image

Kalau ternyata perawatannya berhasil bagaimana?
Ya itu berarti anda beruntung. Sekarang saya yang bertanya: Mau mencoba keberuntungan anda?

Tinggalkan komentar